Bayu Setyo Nugroho: Dari Iseng Menuju Pengabdian Tanpa Batas pada Desa
Dunia perdesaan
kembali mendapatkan angin segar dengan munculnya kepala desa yang membawa ide
brilian dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Bayu Setyo Nugroho,
Kepala Desa Dermaji periode 2018-2023 yang berinovasi tata kelola desa,
termasuk menginspirasi ribuan desa lainnya dalam panji Gerakan Desa
Membangun (GDM).
Bayu lahir 17
Juni 1975 di Desa Dermaji, sebuah desa perbukitan di wilayah Kecamatan Lumbir
di ujung paling barat wilayah Kabupaten Banyumas dan berbatasan dengan
Kabupaten Cilacap. Ibunya seorang pensiunan guru SD Negeri 1 Dermaji, sedangkan
ayahnya (almarhum) semasa hidupnya bekerja sebagai sekretaris desa atau carik.
Bayu memulai pendidikannya dengan
masuk di SD Negeri Dermaji 1. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, dia
pindah ke Kota Purwokerto untuk melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Purwokerto dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Tak puas diri, Bayu mengambil kuliah di
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
Setelah lulus kuliah pada 1999,
Bayu sangat berminat melanjutkan ke jenjang sarjana strata dua (S2), tetapi
karena keterbatasan biaya, niat tersebut sempat ditunda. Akhirnya pada 2013, ia
pun lulus S2 Unsoed dengan konsentrasi studi Ilmu Administrasi Publik, saat
dirinya tengah mengemban amanah sebagai Kepala Desa Dermaji untuk periode
kedua.
Konon, pilihan Bayu menjadi
kepala desa adalah kecelakaan sejarah. Pengujung 2004, Bayu diminta oleh
sejumlah warga untuk maju dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Saat itu,
Bayu memang sering di rumah sembari menunggu pengumuman beasiswa belajar ke
luar negeri. Maka, saat warga memintanya untuk mendaftar dalam Pilkadesa, dia
tak menolak. “Iseng saja untuk mengisi waktu luang,” ungkapnya.
Tak disangka, momentum Pilkades itu menjadi babak baru
yang mengubah kehidupannya. Dalam Pilkades, Bayu menang telak sehingga dia
dinobatkan sebagai Kepala Desa termuda di Kabupaten Banyumas pada 2005.
Orientasi hidup Bayu pun ikut berubah. Kini, dia fokus untuk memajukan desa
kelahirannya melalui ilmu yang diperoleh selama kuliah, yakni Administrasi
Negara.
Baginya, menjadi kepala desa
memberikan ruang yang sangat luas untuknya dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang
diperoleh selama kuliah, terutama ilmu administrasi dan kebijakan publik.
Dengan menjadi kepala desa, ia tahu secara rinci proses perumusan,
implementasi, hingga evaluasi sebuah kebijakan.
Dunia pemerintahan desa bukanlah
hal baru bagi Bayu. Ia sudah terbiasa melihat aktivitas ayahnya melayani
masyarakat saat menjabat sebagai sekretaris desa. Baginya, tantangan terbesar
selama menjadi kepala desa adalah kemampuan dan kepekaan untuk mengenali,
menangkap, dan mewujudkan aspirasi dan serta kebutuhan masyarakat secara yang
nyata.
Bayu menyadari keinginan dan
kebutuhan masyarakat beraneka ragam. Untuk memenuhinya, ia memilih untuk
menjadi pendengar yang baik. Dalam berkomunikasi dengan warga, ia menggunakan
pendekatan kekeluargaan yang menekankan jalinan kasih sayang. Ia juga
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat.
Selain pendekatan kekeluargaan
dan musyawarah, dia menerapkan prinsip tranparansi dalam berbagai aktivitas
desa. Menurutnya, transparansi dapat terwujud dengan mendorong partisipasi
masyarakat di setiap level kegiatan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga evaluasi.
Bagi Bayu, wujud transparansi
dapat terlihat dari kemudahan warga untuk mengakses semua aktivitas
pembangunan. Untuk itu, pemerintah desa harus mampu menyediakan informasi
pembangunan yang mudah dipahami, jelas, dan akuntabel. Warga dapat mengetahui
aktivitas pembangunan yang sudah, sedang, dan akan dilakukan.
Mobilitas warga Desa Dermaji
cukup luas. Ada warga yang bekerja di kota-kota besar, bahkan di luar negeri.
Selain warga yang tinggal di desa, Bayu juga melibatkan warga yang tinggal di
luar desa untuk memajukan desa. Untuk itu, pada 2011, Bayu memanfaatkan website
desa dengan alamat http://dermaji.desa.id untuk
menampilkan kabar dari tiap kampung, potensi desa, anggaran desa, opini, hingga
pelayanan pada masyarakat.
Bahkan, kegiatan dan program
kerja yang akan dilaksanakan tahun depan bisa diusulkan lewat website itu.
Masyarakat, kata Bayu, bebas mengusulkan apa yang mereka anggap kurang dan
perlu direalisasikan. Ia menyebutkan dalam website tersebut sudah ada menu
untuk pembahasan agenda tahun depan dalam menu rembuk desa online.
Terakhir, Bayu mengembangkan
layanan e-commerce dalam
website Desa Dermaji. Fasilitas ini mendorong warga untuk menjual produk mereka
secara online. Respons warga pada fasilitas ini sangat antusias, pemerintah
desa bertugas membantu para pelaku ekonomi desa untuk memasukkan
produk-produknyanya di layanan pemasaran internet itu.
Penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan masyarakat secara prima dapat terselenggara di Desa Dermaji karena
dukungan sistem informasi dan tata kelola pemerintahan desa yang dikembangkan
oleh Gerakan Desa Membangun (GDM), di mana dia menjadi salah satu pelopornya.
Sistem ini memudahkan proses perencanaan, penyelenggaraan layanan, pemantauan
pembangunan, dan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan di desa.
Kiprah Bayu dalam dunia teknologi informasi dan
komunikasi perdesaan makin kuat, saat dirinya terpilih menjadi delegasi GDM
untuk mempresentasikan usulan domain baru “desa.id” di Jakarta. Usulan itu
disetujui secara aklamasi dalam Diskusi umum Terbuka Pengelola Nama Domain
Indonesia (DUT PANDI). GDM mengusulan domain “desa.id” karena desa sebagai
satuan pemerintahan terkecil tidak dapat menggunakan domain “go.id”.
Pada 2018, PANDI mencatat sudah
ada 5.727 desa memanfaatkan domain “desa.id”, termasuk Desa Dermaji. Angka itu
kurang dari satu proses dari jumlah desa di Indonesia yang mencapai 74.945
desa. Meski kecil, domain “desa.id” telah menjadi lambang kehadiran desa di
dunia maya.
Kunci sukses Bayu Setyo Nugroho
dalam memimpin Desa Dermaji hingga tiga periode berturut-turut tak dapat
dilepaskan dari komitmen dan kerja kerasnya dalam mendidik masyarakat. Selama
kepemimpinannya, Bayu mendorong masyarakat di Desa Dermaji menjadi masyarakat
pembelajar, yaitu masyarakat yang memiliki semangat, kesadaran, dan tradisi
untuk terus mencari, menemukan, dan menciptakan pengetahuan.
Baginya, pengetahuan itu dicari,
ditemukan, dan diciptakan oleh masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih
berkualitas. Bayu selalu bermimpi desa mampu menjelma sebagai pusat peradaban
baru. Hal itu dapat terwujud apabila masyarakat desa memiliki akses
sebesar-besarnya pada informasi dan ilmu pengetahuan.
Bayu sendiri mengaku sebagai
pencinta pemikiran Jurgen Habermas, seorang pemikir Jerman dari Mazhab
Frankfurt. Dia memiliki perpustakaan pribadi yang berisi ribuan koleksi buku
ilmu sosial, dari ilmu pemerintahan, ekonomi, sosiologi, psikologi, hingga
komunikasi. Jadi, meski keseharian Bayu tinggal di desa yang cukup terpencil,
cakrawala pikirannya terus mengembara ke mana-mana lewat buku.
Untuk mewujudkan impian tersebut, Pemerintah Desa
Dermaji membangun museum desa. Museum desa berisi benda-benda yang pernah
digunakan warga Desa Dermaji dalam mempertahankan hidup. Setiap koleksi museum
dilengkapi dengan sistem barcode yang terkoneksi dengan sistem manajemen
pengetahuan secara online. Nama museum diambil dari nama kepala desa yang
pertama, yaitu Naladipa.
Museum Naladipa resmi berdiri
pada 17 Juni 2013. Museum ini juga memiliki fasilitas perpustakaan yang
menyediakan aneke koleksi dan media belajar bagi masyarakat Desa Dermaji. Lewat
perpustakan, Bayu ingin menegaskan bahwa kearifan masa lalu dan tradisi belajar
masyarakat adalah modal dasar untuk membangun masa depan Desa Dermaji.
Museum juga menjadi media belajar
siswa sekolah dasar tentang kehidupan masyarakat Desa Dermaji. Para siswa
diajak menelusuri nilai-nilai yang ada di balik koleksi-koleksi museum.
Tujuannya sederhana, saat Desa Dermaji berada pada peradaban yang lebih baik,
mereka tidak meninggalkan akar tradisinya.
Bayu Setyo Nugroho merupakan
inovator desa yang menjadi saksi, sekaligus perwujudan atas pengabdian tanpa
batas pada desa. Sosok pemimpin desa yang demokratis dan visioner seperti Bayu
lahir dan tumbuh sebagai buah ketegasan masyarakat Desa Dermaji dalam memilih
pemimpin bagi desanya.
Sumber :
https://inovasidesa.kemendesa.go.id/bayu-setyo-nugroho-dari-iseng-menuju-pengabdian-tanpa-batas-pada-desa/