Laku Spiritual Pak Harto (7): MISTIK DI MATA PAK HARTO
Kita telah menelusuri beberapa tapak perjalanan spiritual Pak Harto, yang oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai perjalanan mistik. Sementara itu bagaimana pandangan Pak Harto tentang mistik dan juga klenik?
“Bagi saya, pengertian mistik adalah ilmu kebatinan, bukan klenik. Tujuan ilmu kebatinan untuk mendekatkan batin kita dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Mahakuasa,” demikian Pak Harto mengawali penjelasannya sebagaimana diungkapkan dalam buku Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya: Otobiografi. (G.Dwipayana dan Ramadhan K.H Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya: Otobiografi, penerbit Citra Lamtoro Gung Persada 1988: 292 – 294).
Pada hematnya, sesuai dengan ajaran nenek moyang kita, ilmu kebatinan itu adalah ilmu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mendekatkan batin kita kepada-Nya. “Itu antara lain berdasarkan ilmu kasunyatan, ilmu sangkan paraning dumadi dan ilmu kasampurnaning urip. Itulah kebatinan yang sebenarnya.”
Ilmu kasunyatan adalah ilmu untuk menjalani kehidupan nyata di dunia sesuai dengan amanah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita selaku utusan-Nya di dunia. Ilmu kasunyatan tidak berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan pemahaman mengenai sangkan paraning dumadi, atau asal dan tujuan perjalanan hidup kita. Ilmu ini harus diperkuat dengan ilmu kasampurnaning urip, ilmu untuk meraih kesempurnaan dalam kehidupan di dunia yang hanya berlangsung sementara. Kesempurnaan hidup akan kita capai jika kita menjalankan sungguh-sungguh tugas kita hamemayu hayuning bawono, menjaga kelestarian alam semesta dengan segenap isinya, seraya senantiasa eling, ingat dan bermunajat kepada-Nya secara ikhlas.
Menurut Pak Harto, orang kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu adalah klenik. Padahal berbeda. Klenik adalah ilmu kanuragan, ilmu mencari kesempurnaan hidup tetapi batinnya bukan didekatkan kepada Tuhan melainkan hanya kulit fisiknya saja. Hanya untuk kandel tipising kulit (tebal tipisnya kulit). Kesaktian fisik, seperti kebal senjata. Kemudian sedikit mempunyai kekuatan lebih daripada yang lain. “Dan ini memang bisa diperoleh dengan ilmu klenik. Ini juga ilmu. Tetapi hanya untuk kekuatan badan, bukan untuk kekuatan batin.”
Bagaimana cara kita mendekatkan diri dengan Sang Pencipta? Terlebih dulu kita harus yakin akan sifat-sifat Tuhan, yang Mahasempurna. Sempurna, baik, dan tidak berwujud. “Maka kalau kita ingin mendekatkan diri kepada-Nya, berarti mendekatkan diri kita kepada sifat Tuhan itu. Jadi, batin kita harus kita ikat dengan sifat Tuhan. Cipta dan Rahsa kita harus membuahkan Karsa yang baik dan menghasilkan tutur kata dan perilaku yang baik pula,” tuturnya.
Pak Harto melanjutkan, Yang Mahasempurna itu hanya satu. Karena itu dalam mendekatkan diri kepada sifat baik Tuhan, setidak-tidaknya kita harus mengendalikan kehidupan kita supaya selalu berbuat baik. Kalau kita bisa berbuat baik, itu berarti kita dekat kepada Tuhan. Tetapi kepada manusia, Tuhan juga menciptakan sifat yang bertentangan dengan sifat baik, yakni sifat jelek atau sifat buruk. Sebagai contoh, sabar itu sifat baik. Nah, manusia memiliki sifat yang bertentangan yakni berangasan, pemarah. Sifat jujur juga sifat yang baik. Tetapi pada manusia juga ada sifat tidak jujur, pembohong.”
“Masalahnya sekarang”, lanjut Pak Harto, “Kalau ingin memperdalam kebatinan, ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, berarti harus bisa mengendalikan dua sifat yang bertentangan yang ada pada manusia. Mencari hubungan dengan Tuhan bukan hanya dengan alam pikiran kita, tetapi terutama dengan batin kita. Yang bisa berhubungan dengan kita bukan fisik kita, melainkan buah pikiran dan batin kita. “Hubungan dengan-Nya tidak berwujud, melainkan melalui Nur-Nya.” Yang berhubungan dengan Tuhan itu jiwa, batin dan sukma kita yang percaya kepada-Nya.
Orang yang selalu berbuat baik akan senantiasa dekat dengan Tuhan. “Tetapi orang yang berbuat jahat, buruk, akan berjauhan dengan-Nya. Bukan Tuhan yang menjauhinya, tetapi manusia itu sendiri yang menjauhi Tuhan.”
Itulah sikap, laku, perjalanan hidup dan pandangan Pak Harto tentang masalah spiritual, kebatinan, mistik dan klenik. Belajar agama Islam dan masalah-masalah spiritual tatkala masih remaja dari Kiai Daryatmo di Wonogiri, bersekolah menengah di sekolah Muhammadiyah Yogyakarta, bergaul dengan banyak orang, serta beruzlah ke tempat sunyi, semedi atau bermeditasi, menyatu dengan alam, berkonsentrasi mendekatkan diri kepada Tuhan.
Yang cukup menarik, Pak Harto dalam uraiannya di atas, mengungkapkan suatu ajaran yang oleh aliran Islam Kejawen disebut cipta-rahsa-karsa. Di dalam Islam, para salik yang mengikuti jalan tasawuf mempelajari pula hal tersebut, tetapi dengan sebutan yang berbeda. Karsa atau kehendak disebut nafsu, rahsa adalah inti qalbu sedangkan cipta adalah akal-pikiran. Olah cipta-rahsa-karsa ini juga berkembang kuat di kalangan para spiritualis Barat yang berasal dari ajaran Mesir kuno sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Perihal cipta, rahsa dan karsa penulis telah membahas di dalam lima buku. Pertama, Memaknai Kehidupan bagian tentang wejangan Prof.K.H.Ali Yafie perihal nasfu, kalbu serta akal-pikiran. Kedua, Tafsir Suluk Kidung Kawedar, Islam Mencintai Nusantara, Jalan Dakwah Sunan Kalijaga. Ketiga, Orang Jawa Mencari Gusti Allah, Cipta-Rahsa-Karsa. Keempat, Mengolah Cipta Rahsa Karsa, Merancangbangun Masa Depan. Kelima, Bertasawuf Mengolah Karsa Rahsa Cipta. (B.Wiwoho: Pertama, Memaknai Kehidupan (Penerbit Bina Rena Pariwara, 2006). Kedua, Tafsir Suluk Kidung Kawedar, Islam Mencintai Nusantara, Jalan Dakwah Sunan Kalijaga (Pustaka IIMaN, 2017). Ketiga, Orang Jawa Mencari Gusti Allah, Cipta-Rahsa-Karsa (Pustaka IIMaN, 2020). Keempat, Mengolah Cipta Rahsa Karsa, Merancangbangun Masa Depan (Pustaka Keluarga Wiwoho,2020. Kelima, Bertasawuf Mengolah Karsa Rahsa Cipta, Panjimas Book,2023).
Nasfu menurut ulama ahli fikih Kiai Ali Yafie, yang adakalanya disebut syahwat, adalah satu komponen dalam diri manusia yang merupakan sumber penggerak. Seluruh dinamika dari hidup manusia digerakkan oleh kesadaran dan potensi nafsu. Pada umumnya, paling sedikit dari aktivitas kita sehari-hari itu 80% digerakkan oleh nafsu. Oleh karena itu nafsu harus dikendalikan oleh inti kalbu yang bersendi pada amanah kehidupan dari Allah Swt., yang diwarnai kuat oleh kearifan, kebijaksanaan, kejujuran dan kebaikan. Inti kalbu mengisi nafsu dengan niat dan itikad kuat untuk ditujukan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan umat dan alam raya, sebagai bekal ibadah dan amal saleh.
Mengendalikan apalagi mengatur nafsu tidak cukup hanya dengan kalbu, tetapi harus dibantu oleh akal-pikiran, yang selain memberikan daya pikir dan daya nalar, juga memberi bentuk pada nafsu yang sudah diwarnai oleh inti kalbu, ke dalam rancang bangun produk akhir dengan keyakinan kuat akan berjalan serta terwujud berkat rida, rahmat dan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa.Demikianlah sedikit gambaran mengenai laku spiritual Presiden kita yang kedua. Selebihnya dan selain itu, yang pasti hanya Allah Yang Mahatahu. ***
Catatan Tambahan: salah satu peninggalan Pak Harto yang menarik untuk dicermati adalah arsitektur masjid yang dibangun oleh Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila yang tersebar di berbagai pelosok tanah air, yang kental dengan pesan tasawuf, yakni berbentuk atap limasan tiga tingkat dengan bagian puncak yang disebut mustaka atau mahkota. Atap tiga tingkat ini melambangkan syariat, tarikat dan hakikat, sedangkan mustaka melambangkan makrifat (buku 2 Tonggak-Tonggak Orde Baru : 207 – 211). *
Penulis : B. Wiwoho
Sumber : panjimasyarakat.com