Pola lama perpindahan kelompok masyarakat dari desa ke kota karena motif ekonomi maupun berbagai motif lainnya rasanya harus diputar balik sekarang juga. Selama ini menjadi “lumrah” di benak sebagian besar masyarakat bahwa kota adalah sumber penghidupan dan pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik, lebih mapan. Dan tak jarang kita berpikir bahwa desa adalah tempat yang kusam, suram, terbelakang, jauh dari kemilau ingar bingar kemajuan kehidupan modern perkotaan. Terlampau sedikit anak muda yang bermimpi membangun desa jika dibandingkan dengan mereka yang mengadu nasib dan hidup di kota.


Sekian lama kita hidup dalam pola pikir yang demikian. Hingga tiba masanya pandemi Covid-19 menghantam seluruh sendi kehidupan sedemikian keras. Cina, Amerika, Italia, dan negara-negara lainnya limbung bak dihantam tsunami besar. Kali ini bukan ombak air raksasa yang datang, tetapi ombak tak kasat mata yang menyapu seluruh tatanan kehidupan modern yang diimajinasikan banyak orang. Bukan industrialisasi atau otomatisasi yang akan mengubah pola hidup manusia, tetapi ternyata sebuah virus kecil belaka. Virus kecil yang lambat laun tumbuh menjadi raksasa.


Wabah Covid-19 yang dimulai pada akhir tahun 2019 lalu memaksa kita mengarahkan pandangan pada desa, sebuah ruang hidup yang selama ini sering dilupakan. Di saat kota menjadi limbung karena perekonomian terhambat dan mobilitas masyarakat dibatasi serta berakibat pada pembelian besar-besaran stok persediaan pangan, kita dipaksa kembali mengingat bahwa kepanikan akan keberadaan stok pangan jarang terjadi di desa.


Desa memiliki mekanisme lumbung pangan yang selalu siap dijadikan bantalan pengaman pangan warga di saat paceklik tiba. Kini paceklik itu tidak hanya dialami kaum petani pedesaan, tetapi merata ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di kota-kota dengan ciri khas modernisasinya. Pandemi Covid-19 seolah menjadi guru seluruh umat manusia bahwa modernitas tak selamanya bisa menjadi solusi akan tumbuh kembang peradaban manusia. Sinergi dengan alam dan manajemen stok pangan yang selama ini berjalan di desa bisa jadi menjadi kunci penting untuk keluar dari wabah yang entah kapan akan berhenti ini.



Oleh : Budi Arie Setiadi


(Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi)


Dikutip dari sumber “Buku Arah Tatanan Baru. Hidup di Era Pandemi dan Sesudahnya ©Sanggar Inovasi Desa 2020”