Hari Pemuda
Sedunia yang jatuh setiap tanggal 12 Agustus di tahun 2019 ini mengangkat thema
‘Mentransformasi Pendidikan.’ Selain dinilai sesuai dengan agenda SDGs 2030,
thema ini juga memiliki tujuan penting bagi para remaja di seluruh dunia yaitu
tersedianya pendidikan yang lebih relevan, adil, dan inklusif. Hari Pemuda
Sedunia ini juga dapat dijadikan ajang evaluasi bagaimana suatu pemerintahan,
organisasi kepemudaan, dan para pihak berkepentingan lainnya dalam
mentransformasi sistem pendidikannya agar tetap sesuai dengan agenda SDGs tadi.
“Kita sedang
menghadapi krisis pembelajaran. Karena biasanya, sekolah kita tidak dilengkapi
dengan keterampilan untuk para siswa remajanya dalam menghadapi revolusi
teknologi. Siswa sekolah itu sesunguhnya butuh tidak hanya belajar tetapi
mempelajari juga bagaimana cara belajar dengan baik,” ungkap Sekjen PBB,
Antonio Guterres dalam pesan resminya pada peringatan Hari Pemuda Sedunia
2019.
Dunia
butuh pemuda yang tidak hanya mahir dalam pelajaran di sekolah tetapi juga yang
punya kepedulian akan situasi terkini, juga dapat berpikir kritis.
Guterres
menambahkan, pendidikan semestinya menggabungkan ilmu pengetahuan, keterampilan
hidup, dan juga pemikiran yang kritis. “Termasuk di dalamnya berbagai informasi
mengenai keberlanjutan pembangunan dan isu perubahan iklim. Jangan dilupakan
juga bahasan mengenai kesetaraan gender, Hak Asasi Manusia, dan Budaya
Perdamaian.”
Berbagai isu
krusial tadi, menurut Guterres , akan terus terbawa hingga agenda SDGs berakhir
di tahun 2030 nanti. “Adalah tugas PBB untuk menerapkan strategi agar lebih
banyak melibatkan peran pemuda dalam agenda pembangunan berkelanjutan itu
sekaligus mendukung pemuda dalam memenuhi hak-hak dasar mereka.”
“Kita sedang menghadapi krisis
pembelajaran. Karena biasanya, sekolah kita tidak dilengkapi dengan
keterampilan untuk para siswa remajanya dalam menghadapi revolusi teknologi.
Siswa sekolah itu sesunguhnya butuh tidak hanya belajar tetapi mempelajari juga
bagaimana cara belajar dengan baik,” ungkap Sekjen PBB, Antonio Guterres
Catatan statistik, dalam situs resmi PBB, mengingatkan Kita bersama
bahwa transformasi tetap diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang
inklusif dan mudah diakses. Fakta menunjukkan kalau hanya 10 persen saja
penduduk di negara miskin yang mampu melanjutkan sekolahnya hingga tingkat
menengah; 40 persen populasi dunia tidak diajarkan dengan baik tentang bahasa
yang seharusnya mereka tuturkan dan pahami; dan lebih dari 75 persen pengungsi
yang sedang belajar di sekolah menengah akhirnya putus sekolah begitu
saja. Sebagai tambahan, remaja suku asli di pedalaman, remaja disabilitas,
remaja perempuan, remaja kelompok rentan, dan sebagainya juga sedang menghadapi
tantangan untuk dapat mengakses pendidikan yang menghormati dan menjangkau
segala hak remaja.
Pendidikan yang relevan, adil, dan inklusif, adalah penting untuk
mencapai target pembangunan berkelanjutan. Pendidikan selanjutnya akan
memainkan banyak peran bagi tercapainya 17 target SDGs yang anatar lain upaya
memerangi kemiskinan, kesehatan yang baik, kesetaraan gender, pekerjaan dan
kehidupan yang layak, mengurangi kesenjangan, dan berbagai aksi mewujudkan
lingkungan tempat tinggal yang damai.
“Pendidikan harus mengemuka dengan hasil pembelajaran yang baik setelah
terlebih dulu diiisi dengan kurikulum sekolah dan pola bimbingan belajar yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak hanya untuk kepentingan revolusi
industri 4.0 dan masa depan kehidupan serta nafkah tetapi juga kesempatan
sekaligus tantangan yang semakin bertumbuh pesat.” Demikian pernyataan
PBB.
Keterlibatan pemuda sangat penting untuk mewujudkan pendidikan yang
lebih relevan, adil, dan inklusif. Organisasi yang dipimpin oleh kaum muda
mengubah pendidikan dengan cara bermitra dengan Pemerintah, lembaga pendidikan
dan pemangku kepentingan lainnya, melobi serta mengadvokasi kebijakan
pendidikan dan mengembangkan program pelatihan pelengkap.
Organisasi yang dipimpin oleh kaum muda menangani hambatan bagi kaum
muda berdasarkan status ekonomi, kelompok etnis, gender, dan karakteristik
lainnya; memperbarui rencana pendidikan dan kurikulum sekolah untuk memasukkan
pelajaran tentang perdamaian, keadilan dan lingkungan dan perubahan iklim, di
antara banyak bidang lainnya. Keterlibatan pemuda sangat penting untuk
transformasi pendidikan menjadi sarana untuk pengembangan pemuda inklusif dan
pembangunan berkelanjutan secara lebih luas.
Hari Pemuda Internasional 2019 akan menyoroti praktik dan pelajaran yang
baik dalam upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa pendidikan itu relevan,
adil dan inklusif untuk semua remaja. Ini juga akan membuat sketsa jalan di
depan untuk berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam upaya ini.
Peringatan Hari Pemuda Sedunia, menurut sejarhnya, bermula pada tahun
1999, dalam resolusi 54/120, Majelis Umum menyetujui rekomendasi yang dibuat
oleh Konferensi Dunia Para Menteri yang Bertanggung jawab untuk Pemuda (Lisbon,
8-12 Agustus 1998) bahwa 12 Agustus dinyatakan sebagai Hari Pemuda Internasional.
Majelis merekomendasikan agar kegiatan informasi publik diselenggarakan untuk
mendukung Hari Para Pemuda Sedunia ini sebagai cara untuk meningkatkan
kesadaran yang lebih baik tentang Program Aksi Dunia untuk Pemuda, yang
diadopsi oleh Majelis Umum pada tahun 1995 (resolusi 50/81). (*)
Sumber :kemenkopmk.go.id